Abu Haifa Blog's

Assalamu'alaikum

Saya

Foto Saya
Abu Haifa
"Berikanlah yang terbaik untuk orang lain, jangan menuntut orang untuk memberikan apa yang kita mau"
Lihat profil lengkapku

Arsip

Pengunjung

Hikmah, "Mengapa Daging Anjing Diharamkan"?



Setiap yang Allah perintahkan atau larang pasti terdapat hikmah atasnya. Jika Allah mengharamkan sesuatu pasti terdapat keburukan di dalamnya, jika Allah menghalalkan sesuatu pasti ada kebaikan di dalamnya untuk kelangsungan hidup manusia di bumi ini. Kali ini, kita akan membahas mengapa daging anjing diharamkan? adakah sebab ilmiah yang dapat kita ketahui? Berikut penjelasannya.

Prof. Thabârah dalam kitab Rûh ad-Dîn al-Islâmi menyatakan, "Di antara hukum Islam bagi perlindungan badan adalah penetapan najisnya anjing. Ini adalah mu'jizat ilmiyah yang dimiliki Islam yang mendahului kedokteran modern. Kedokteran modern menetapkan bahwa anjing menyebarkan banyak penyakit kepada manusia, karena anjing mengandung cacing pita yang menularkannya kepada manusia dan menjadi sebab manusia terjangkit penyakit yang berbahaya, bisa sampai mematikan. Sudah ditetapkan bahwa seluruh anjing tidak lepas dari cacing pita sehingga wajib menjauhkannya dari semua yang berhubungan dengan makanan dan minuman manusia. [Taudhîhul-Ahkam, Syaikh Ali Bassâm, 1/137].

Benarlah sabda Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

إِذَا وَلَغَ الْكَلْبُ فِي إِنَاءِ أَحَدِ كُم فَلْيُرِقْهُ ثُمَّ لِيَغْسِلْهُ سَبْعَ مِرَارٍ

Bila seekor anjing minum dari wadah milik kalian, maka tumpahkanlah, lalu cucilah 7 kali. [HR al-Bukhâri no 418, Muslim no. 422.]
Dalam riwayat lain:

طَهُروْرُ إِنَاَءِ أَحَدِكُمْ إذَا وَلَغَ فِيْهِ الْكَلْبُ أَنْ يَغْسِلَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ اُوْلاَهُنَّ بِالتُّرَابِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, " Sucinya bejana kalian yang dimasuki mulut anjing adalah dengan mencucinya 7 kali, salah satunya dengan tanah" [HR Muslim no. 420 dan Ahmad 2/427]



مَنِ اقْتَنَى كَمبًا إِلاَّ كَلْبَ مَا شِيَةٍ أَوْ كَلْبَ صَيْدٍ نَقَصَ مِنْ عَمَلِهِ كُلَّ يَوْمِ قِيْرَاطُ

Barangsiapa memelihara anjing selain anjing untuk menjaga binatang ternak dan anjing untuk berburu, maka amalannya berkurang setiap harinya sebanyak satu qirâth (satu qirâth adalah sebesar gunung Uhud)." [HR. Muslim no. 2941].
Juga sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam :

أَيُّمَا أَهلِ دَارٍ اتَّخَذُواكَلْبُا إِلاَّ كَلْب مَا شِيَةٍ أَوْ كَلبَ صَا ئِدٍ نَقَصَ مِنْ عَمَلِهِمْ كُلَّ يَوْمٍ قِيْرَاطَانِ

Penghuni rumah mana saja yang memelihara anjing selain anjing untuk menjaga binatang ternak atau anjing untuk berburu, maka amalannya berkurang setiap harinya sebanyak dua qirâth.[HR. Muslim no. 2945].
Demikian juga Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

مَنْ أَمْسَكَ كَلْبًا فَإِنَّهُ يَنْقُصُ كُلَّ يَوْمٍ مِنْ عَمَلِهِ قِيْرَاطُ إِلاَّ كَلْبَ حَرْثٍ اَوْ مَا شِيَةٍ

Barangsiapa memelihara anjing, maka amalan shalehnya akan berkurang setiap harinya sebesar satu qirâth, selain anjing untuk menjaga tanaman atau hewan ternak. [HR Muslim no. 2949].
Dari Abu Mas'ûd Radhiyallahu 'anhu beliau berkata:

أَنَّ رَسُو لَاللَّهِ صَلَى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم نَهَى عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَمَهْرِ الْبَغِيِّ وَحُلوَانِ الْكَا هِنِ

Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang hasil penjualan anjing, mahar (hasil) pelacur, dan upah dukun. [Diriwayatkan oleh Imam, Ahmad 4/118-119, 120, al-Bukhâri 7/28 dan Muslim no. 1567.]
Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu yang berbunyi, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

كُلُّ ذِينَابٍ مِنْ السِّبَاعِ فَأَكْلُهُ حَرَامُ

Semua yang memiliki gigi taring dari hewan buas maka memakannya haram. [HR Muslim 1933]
Meskipun demikian, bukan berarti apa yang Allah ciptakan adalah sia-sia atau tidak ada manfaatnya. Karena Allah menciptakan alam semesta ini dengan tujuan yang haq (benar), dan Allah hendak menguji dari hamba-hambaNya siapa yang terbaik perbuatannya, dan Allah menguji siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang masih ragu-ragu.
 
Lalu apa manfaat anjing? binatang yang satu ini dapat dimanfaatkan untuk menjaga hewan ternak atau juga bisa dijadikan hewan pemburu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنِ اقْتَنَى كَلْبًا إِلاَّ كَلْبَ مَاشِيَةٍ أَوْ كَلْبَ صَيْدٍ نَقَصَ مِنْ عَمَلِهِ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطٌ

"Barangsiapa memelihara anjing selain anjing untuk menjaga binatang ternak dan anjing untuk berburu, maka amalannya berkurang setiap harinya sebanyak satu qiroth (satu qiroth adalah sebesar gunung uhud)." [HR. Muslim]. 'Abdullah mengatakan bahwa Abu Hurairah juga mengatakan, "Atau anjing untuk menjaga tanaman."


Jadi anjing dapat dimanfaatkan untuk menjaga binatang ternak dan khusus untuk berburu setelah dilatih terlebih dahulu. "Jika kamu melepas anjingmu, maka sebutlah asma' Allah atasnya (Bissmillah), maka jika anjing itu menangkap untuk kamu dan kamu dapati dia masih hidup, maka sembelihlah." [HR. Bukhari dan Muslim]
6:28 AM | 0 comments | Read More

Imam Ahmad bin Hanbal, Teladan dalam Semangat dan Kesabaran


Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Ahmad bin Hanbal adalah seorang tauladan dalam 8 hal: tauladan dalam bidang hadits, fiqih, bahasa arab, Al-Qur’an, kefakiran, zuhud, wara’ dan dalam berpegang teguh dengan sunnah Nabi shalallahu’alaihi wa sallam.

Kun-yah dan Nama Lengkap beliau rahimahullah
Beliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdillah bin Hayyan bin Abdillah bin Anas bin ‘Auf bin Qosith bin Mazin bin Syaiban Adz Dzuhli Asy-Syaibani Al-Marwazi Al-Baghdadi.
Lahir pada bulan Rabi’ul Awal tahun 164 Hijriyah di kota Marwa. Beliau lebih dikenal dengan Ahmad bin Hanbal, disandarkan kepada kakeknya. Karena sosok kakeknya lebih dikenal daripada ayahnya. Ayahnya meninggal ketika beliau masih berusia 3 tahun. Kemudian sang ibu yang bernama Shafiyah binti Maimunah membawanya ke kota Baghdad. Ibunya benar-benar mengasuhnya dengan pendidikan yang sangat baik hingga beliau tumbuh menjadi seorang yang berakhlak mulia.

Perjalanan beliau dalam menuntut ilmu
Sungguh mengagumkan semangat Al-Imam Ahmad bin Hanbal di dalam menuntut ilmu. Beliau hafal Al-Qur’an pada masa kanak-kanak. Beliau juga belajar membaca dan menulis. Semasa kecil beliau aktif mendatangi kuttab (semacam TPA di zaman sekarang).
Kemudian pada tahun 179 Hijriyah, saat usianya 15 tahun, beliau memulai menuntut ilmu kepada para ulama terkenal di masanya. Beliau awali dengan menimba ilmu kepada para ulama Baghdad, di kota yang ia tinggali.

Di kota Baghdad ini, beliau belajar sejumlah ulama, diantaranya:
1.      Al-Imam Abu Yusuf, murid senior Al-Imam Abu Hanifah.
2.      Al-Imam Husyaim bin Abi Basyir. Beliau mendengarkan dan sekaligus menghafal banyak hadits darinya selama 4 tahun.
3.      ‘Umair bin Abdillah bin Khalid.
4.      Abdurrahman bin Mahdi.
5.      Abu Bakr bin ‘Ayyasy.

Pada tahun 183 Hijriyah pada usia 20 tahun, beliau pergi untuk menuntut ilmu kepada para ulama di kota Kufah. Pada tahun 186 H beliau belajar ke Bashrah. Kemudian pada tahun 187 H beliau belajar kepada Sufyan bin ‘Uyainah di Qullah, sekaligus menunaikan ibadah haji yang pertama kali. Kemudian pada tahun 197 H beliau belajar kepada Al-Imam ‘Abdurrazaq Ash Shan’ani di Yaman bersama Yahya bin Ma’in.
Yahya bin Ma’in menceritakan: “Aku keluar ke Shan’a bersama Ahmad bin Hanbal untuk mendengarkan hadits dari ‘Abdurrazaq Ash Shan’ani. Dalam perjalanan dari Baghdad ke Yaman, kami melewati Makkah. Kami pun menunaikan ibadah haji. Ketika sedang thawaf, tiba-tiba aku berjumpa dengan ‘Abdurrazaq, beliau sedang thawaf di Baitullah. Beliau sedang menunaikan ibadah haji pada tahun itu. Aku pun mengucapkan salam kepada beliau dan aku kabarkan bahwa aku bersama Ahmad bin Hanbal. Maka beliau mendoakan Ahmad dan memujinya. Yahya bin Ma’in melanjutkan, “Lalu aku kembali kepada Ahmad dan berkata kepadanya, “Sungguh Allah telah mendekatkan langkah kita, mencukupkan nafkah atas kita, dan mengistirahatkan kita dari perjalanan selama satu bulan. Abdurrazaq ada di sini. Mari kita mendengarkan hadits dari beliau!”
Maka Ahmad berkata, “Sungguh tatkala di Baghdad aku telah berniat untuk mendengarkan hadits dari ‘Abdurrazaq di Shan’a. Tidak demi Allah, aku tidak akan mengubah niatku selamanya.’ Setelah menyelesaikan ibadah haji, kami berangkat ke Shan’a. Kemudian habislah bekal Ahmad ketika kami berada di Shan’a. Maka ‘Abdurrazaq menawarkan uang kepadanya, tetapi dia menolaknya dan tidak mau menerima bantuan dari siapa pun. Beliau pun akhirnya bekerja membuat tali celana dan makan dari hasil penjualannya.” Sebuah perjalanan yang sangat berat mulai dari Baghdad (‘Iraq) sampai ke Shan’a (Yaman). Namun beliau mengatakan: “Apalah arti beratnya perjalanan yang aku alami dibandingkan dengan ilmu yang aku dapatkan dari Abdurrazaq.”
Al-Imam Abdurrazaq sering menangis jika disebutkan nama Ahmad bin Hanbal dihadapannya, karena teringat akan semangat dan penderitaannya dalam menuntut ilmu serta kebaikan akhlaknya.
Beliau melakukan perjalanan dalam rangka menuntut ilmu ke berbagai negeri seperti Syam, Maroko, Aljazair, Makkah, Madinah, Hijaz, Yaman, Irak, Persia, Khurasan dan berbagai daerah yang lain. Kemudian barulah kembali ke Baghdad.
Pada umur 40 tahun, beliau mulai mengajar dan memberikan fatwa. Dan pada umur tersebut pula beliau menikah dan melahirkan keturunan yang menjadi para ulama seperti Abdullah dan Shalih. Beliau tidak pernah berhenti untuk terus menuntut ilmu. Bahkan, walaupun usianya telah senja dan telah mencapai tingkatan seorang Imam, beliau tetap menuntut ilmu.

Guru-guru beliau
Beliau menuntut ilmu dari para ulama besar seperti Husyaim bin Abi Basyir, Sufyan bin Uyainah, Al-Qadhi Abu Yusuf, Yazid bin Harun, Abdullah bin Al-Mubarak, Waki’, Isma’il bin ‘Ulayyah, Abdurrahman bin Mahdi, Al-Imam Asy-Syafi’i, Abdurrazaq, Muhammad bin Ja’far (Ghundar), Jarir bin Abdul Hamid, Hafsh bin Ghiyats, Al-Walid bin Muslim, Yahya bin Sa’id Al-Qaththan, Abu Nu’aim Al-Fadhl bin Dukain dan lain-lain.
Al-Imam Adz Dzahabi menyebutkan dalam kitab As-Siyar, jumlah guru-guru Al-Imam Ahmad yang beliau riwayatkan dalam Musnadnya lebih dari 280 orang.

Murid-murid beliau
Para ulama yang pernah belajar kepada beliau adalah para ulama besar pula seperti Muhammad bin Yahya Adz-Dzuhli, Al-Imam Al-Bukhari, Al-Imam Muslim, Abu Dawud, An-Nasai, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Zur’ah, Abu Hatim Ar-Razi, Abu Qilabah, Baqi bin Makhlad, Ali bin Al-Madini, Abu Bakr Al-Atsram, Shalih dan Abdullah (putra beliau), dan sejumlah ulama besar lainnya.
Bahkan yang dulunya pernah menjadi guru-guru beliau, kemudian mereka meriwayatkan hadits dari beliau seperti Al-Imam Abdurrazaq, Al-Hasan bin Musa Al-Asyyab, Al-Imam Asy-Syafi’i.
Al-Imam Asy-Syafi’i ketika meriwayatkan dari Al-Imam Ahmad tidak menyebutkan namanya bahkan dengan gelarnya, “Telah menghaditskan kepadaku Ats-Tsiqat (seorang yang terpercaya).
Demikian pula teman-temannya seperjuangan dalam menuntut ilmu, mereka juga meriwayatkan dari beliau, seperti Yahya bin Ma’in.

Ahlak dan Ibadah Beliau rahimahullah
Pertumbuhan beliau berpengaruh terhadap kematangan dan kedewasaannya. Sampai-sampai sebagian ulama menyatakan kekaguman akan adab dan kebaikan akhlaknya, “Aku mengeluarkan biaya untuk anakku dengan mendatangkan kepada mereka para pendidik agar mereka mempunyai adab, namun aku lihat mereka tidak berhasil. Sedangkan ini (Ahmad bin Hanbal) adalah seorang anak yatim, lihatlah oleh kalian bagaimana dia!”
Beliau adalah seorang yang menyukai kebersihan, suka memakai pakaian berwarna putih, paling perhatian terhadap dirinya, merawat dengan baik kumisnya, rambut kepalanya dan bulu tubuhnya.
Orang-orang yang hadir di majelis beliau tidak sekedar menimba ilmunya saja bahkan kebanyakan mereka hanya sekedar ingin mengetahui akhlaq beliau.
Majelis yang diadakan oleh beliau dihadiri oleh sekitar 5000 orang. Yang mencatat pelajaran yang beliau sampaikan jumlahnya adalah kurang dari 500 orang. Sementara sisanya sekitar 4500 orang tidak mencatat pelajaran yang beliau sampaikan namun sekedar memperhatikan akhlak dan samt (baiknya penampilan dalam perkara agama) beliau.
Yahya bin Ma’in berkata: “Aku tidak pernah melihat orang yang seperti Ahmad. Kami bersahabat dengannya selama 50 tahun. Dan belum pernah kulihat ia membanggakan dirinya atas kami dengan sesuatu yang memang hal itu ada pada dirinya.”
Beliau juga sangat benci apabila namanya disebut-sebut (dipuji) di tengah-tengah manusia, sehingga beliau pernah berkata kepada seseorang: “Jadilah engkau orang yang tidak dikenal, karena sungguh aku benar-benar telah diuji dengan kemasyhuran.”
Beliau menolak untuk dicatat fatwa dan pendapatnya. Berkata seseorang kepada beliau: “Aku ingin menulis permasalahan-permasalahan ini, karena aku takut lupa.” Berkata beliau: “Sesungguhnya aku tidak suka, engkau mencatat pendapatku.”
Beliau adalah seorang yang sangat kuat ibadahnya. Putra beliau yang bernama Abdullah menceritakan tentang kebiasaan ayahnya: ” Dahulu ayahku shalat sehari semalam sebanyak 300 rakaat. Dan tatkala kondisi fisik beliau mulai melemah akibat pengaruh dari penyiksaan yang pernah dialaminya maka beliau hanya mampu shalat sehari semalam sebanyak 150 rakaat.”
Abdullah mengatakan: “Terkadang aku mendengar ayah pada waktu sahur mendoakan kebaikan untuk beberapa orang dengan menyebut namanya. Ayah adalah orang yang banyak berdoa dan meringankan doanya. Jika ayah shalat Isya, maka ayah membaguskan shalatnya kemudian berwitir lalu tidur sebentar kemudian bangun dan shalat lagi. Bila ayah puasa, beliau suka untuk menjaganya kemudian berbuka sampai waktu yang ditentukan oleh Allah. Ayah tidak pernah meninggalkan puasa Senin-Kamis dan puasa ayyamul bidh (puasa tiga hari, tanggal 13, 14, 15 dalam bulan Hijriyah).
Dalam riwayat lain beliau berkata: “Ayah membaca Al-Qur’an setiap harinya 1/7 Al-Qur’an. Beliau tidur setelah Isya dengan tidur yang ringan kemudian bangun dan menghidupkan malamnya dengan berdoa dan shalat.
Suatu hari ada salah seorang murid beliau menginap di rumahnya. Maka beliau menyiapkan air untuknya (agar ia bisa berwudhu). Maka tatkala pagi harinya, beliau mendapati air tersebut masih utuh, maka beliau berkata: “Subhanallah, seorang penuntut ilmu tidak melakukan dzikir pada malam harinya?”
Beliau telah melakukan haji sebanyak lima kali, tiga kali diantaranya beliau lakukan dengan berjalan kali dari Baghdad dan pada salah satu hajinya beliau pernah menginfakkan hartanya sebanyak 30 dirham.

Ujian yang menimpa beliau
Beliau menerima ujian yang sangat berat dan panjang selama 3 masa kekhalifahan yaitu Al-Ma’mun, Al-Mu’tashim, dan Al-Watsiq. Beliau dimasukkan ke dalam penjara kemudian dicambuk atau disiksa dengan berbagai bentuk penyiksaan. Itu semua beliau lalui dengan kesabaran dalam rangka menjaga kemurnian aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yaitu Al-Qur’an adalah kalamullah dan bukan makhluk. Di masa itu, aqidah sesat yang menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk (bukan kalamullah) diterima dan dijadikan ketetapan resmi oleh pemerintah.
Sedangkan umat manusia menunggu untuk mencatat pernyataan (fatwa) beliau. Seandainya beliau tidak sabar menjaga kemurnian aqidah yang benar, dan menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, niscaya manusia akan mengiktui beliau. Namun beliau tetap tegar dan tabah menerima semua ujian tersebut. Walaupun beliau harus mengalami penderitaan yang sangat. Pernah beliau mengalami 80 kali cambukan yang kalau seandainya cambukan tersebut diarahkan kepada seekor gajah niscaya ia akan mati. Namun beliau menerima semua itu dengan penuh kesabaran demi mempertahankan aqidah Ahlus Sunnah.
Sampai akhirnya, pada masa khalifah Al-Mutawakkil, beliau dibebaskan dari segala bentuk penyiksaan tersebut.

Wafat beliau rahimahullah
Pada Rabu malam tanggal 3 Rabi’ul Awal tahun 241 Hijriyah, beliau mengalami sakit yang cukup serius. Sakit beliau semakin hari semakin bertambah parah. Manusia pun berduyun-duyun siang dan malam datang untuk menjenguk dan menyalami beliau. Kemudian pada hari Jum’at tanggal 12 Rabi’ul Awal, di hari yang ke sembilan dari sakitnya, mereka berkumpul di rumah beliau sampai memenuhi jalan-jalan dan gang. Tak lama kemudian pada siang harinya beliau menghembuskan nafas yang terakhir. Maka meledaklah tangisan dan air mata mengalir membasahi bumi Baghdad. Beliau wafat dalam usia 77 tahun. Sekitar 1,7 juta manusia ikut mengantarkan jenazah beliau. Kaum muslimin dan bahkan orang-orang Yahudi, Nasrani serta Majusi turut berkabung pada hari tersebut.
Selamat jalan, semoga Allah merahmatimu dengan rahmat-Nya yang luas dan menempatkanmu di tempat yang mulia di Jannah-Nya.

Maraji’:
1.      Musthalah Hadits karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, hal. 63-66.
2.      Pewaris Para Nabi hal. 49,55,91,94,173,1843. Mahkota yang hilang hal.39
3.      Kitab Fadhail Ash-Shahabah jilid I hal 25-32.
4.      Siyar A’lamin Nubala
5.      Al-Bidayah wan Nihayah
6.      Mawa’izh Al-Imam Ahmad


[sumber: http://ulamasunnah.wordpress.com/2011/05/08/imam-ahmad-bin-hanbal-teladan-dalam-semangat-dan-kesabaran/]

9:44 AM | 0 comments | Read More

Shalat Sunnah Rawatib


Shalat-shalat sunnah rawatib yaitu shalat-shalat sunnah yang mengiringi shalat lima waktu. Diantara shalat-shalat sunnah tersebut ada yang mendahului shalat fardhu, dan shalat ini disebut shalat sunnah qabliyah. Ada pula yang dikerjakan setelah shalat fardhu, biasa disebut dengan shalat sunnah ba’diyah.

Diantara shalat-shalat sunnah rawatib yang mengiringi shalat fardhu ini ada yang muakkad, yang selalu dikerjakan oleh Rasululloh saw yaitu sebanyak sepuluh rakaat. Diriwayatkan dari ibnu Umar r.a, ia berkata: “Aku menghafal dari Nabi saw sepuluh rakaat; dua rakaat sebelum dan sesudah Zhuhur, dua rakaat setelah Maghrib, dua rakaat setelah Isya, dan dua rakaat sebelum shalat Shubuh.” (HR. Bukhori dan Muslim). Ini adalah pendapat Syafi’iyah dan Hanabilah.

Menurut ulama Hanafiah, shalat sunnah rawatib muakkad berjumlah dua belas rakaat, yaitu seperti sepuluh rakaat sebelumnya. Tetapi sebelum Zhuhur empat rakaat. Dasarnya adalah hadits Aisyah r.a, ia berkata: “Rasulullah tidak pernah meninggalkan empat rakaat sebelum Zhuhur.” (HR. Bukhori)

Diriwayatkan dari Ummu Habibah r.a. Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat dua belas rakaat sehari semalam, maka akan dibuatkan untuknya sebuah rumah di surga.” Ummu Habibah berkata, “Aku tidak pernah meninggalkannya sejak aku mendengarnya dari Rasululloh.” (HR. Muslim, at-Tirmidzi, Abu Dawud)

At-Tirmidzi menambahkan: “Yaitu empat rakaat sebelum Zhuhur dan dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah Maghrib, dua rakaat setelah Isya, dan dua rakaat sebelum shalat Shubuh.”

Diantara shalat sunnah rawatib ada yang ghairu muakkad (tidak muakkad). Yaitu dianjurkan mengerjakannya secara umum, tanpa ada penekanan. Diantanya shalat sunnah sebelum Ashar, sebelum Maghrib dan sebelum Isya.

Wallahu’alam

5:24 AM | 0 comments | Read More

Shalat Tathawwu’ (Shalat Sunnah)


Segala puji bagi Alloh swt, Rabb semesta alam. Tidak ada Illah yang berhak diibadahi kecuali Alloh swt. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasululloh saw kepada para keluarga, sahabat serta pengikutnya hingga akhir jaman yang selalu berpegang terus dalam sunnah beliau.

Pengertian

Tathawwu’ pada dasarnya adalah mengerjakan ketaatan. Dalam istilah syar’i artinya adalah mengerjakan ketaatan-ketaatan yang tidak wajib. Shalat Tathawwu’ adalah tambahan-tambahan atas shalat fardhu. Dasarnya adalah sabda Rasululloh saw, ketika datang tentang Islam:
“Shalat lima waktu sehari semalam.” kemudian ditanyakan lagi pada beliau, “Apakah ada yang lain?” Beliau menjawab, “Tidak ada, kecuali bila engkau mengerjakan shalat tathawwu’.” (Shahih)

Macam-macam Shalat Tathawwu’

1.      Shalat Tathawwu’ mutlak, yaitu shalat yang tidak memiliki sebab tertentu, dan tidak ada batasannya. Tanpa ada batasan jumlah rakaatnya. Ia boleh meniatkan dengan jumlah tertentu, boleh juga tidak. Ia cukup meniatkan shalat tathawwu’ saja. Jika ia sudah mulai mengerjakan shalat tathawwu’ dan ia meniatkan jumlah rakaat tertentu, maka ia boleh mengucapkan salam pada satu rakaat dan boleh lebih. Ia boleh melaksanakn shalat dengan jumlah rakaat yang tidak diketahuinya kemudian salam, maka shalatnya sah. (Shahih fil Jumlah, silahkan lihat Ta’zhim Qadr ash-Shalah, dengan tahqiqku hal. 180)

2.      Shalat Tathawwu’ muqayyad, shalat-shlat sunnah yang telah disebutkan oleh nash tentang pensyariatannya. Shalat ini ada dua macam:

·           Shalat-shalat Sunnah Rawatib
Yaitu shalat-shalat sunnah yang mengiringi shalat lima waktu, diantara shalat-shalat sunnah tersebut ada yang dikerjakan sebelum shalat fardhu dan ini disebut shalat sunnah qabliyah. Ada pula yang dikerjakan sesudah shalat fardhu, biasa disebut shalat sunnah ba’diyah.
Adapun penjelasan tentang shalat sunnah rawatib silahkan baca di artikel Shalat Sunnah Rawatib.

·           Shalat-shalat Sunnah Selain Rawatib
Shalat-shalat sunnah selain rawatib yaitu shalat sunnah yang tidak mengiringi shalat fardhu. Diantaranya yaitu:

Shalat Witir
Al-Wutr dan al-Witr, menurut bahasa ialah bilangan ganjil, seperti satu, tiga, lima, dan seterusnya. Sabda Rasululloh saw:
“ Sesungguhnya Alloh swt itu Tunggal yang menyukai bilangan ganjil. ” (HR. Bukhori dan Muslim)

Al-Witr (Witir), menurut syar’i adalah shalat yang dilakukan diantara Isya hingga terbit fajar. Shalat malam ditutup dengan shalat witir. Dinamakan shalat witir karena bilangannya ganjil.

Qiyamul Lail
Qiyamul Lail (shalat malam) terkadang disebut shalat Tahajud. Menurut jumhur fuqaha, Qiyamul Lail adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari setelah tidur, padamalam apapun sepanjang tahun.

Qiyam Ramadahan
Shalat tarawih adalah sunnah muakkadah bagi laki-laki dan perempuan pada bulan Ramadhan. Ini adalah syiar agama Islam yang paling nyata. Rasululloh saw bersabda:
“Barangsiapa yang mengerjakan Qiyam Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukori dan Muslim)
Rasululloh saw pernah mengerjakannya bersama sahabat pada beberapa malam, namun beliau tidak terus menerus mengerjakannya, karena khawatir ini akan diwajibkan atas mereka dan mereka tidak sanggup mengerjakannya. Diriwayatkan dari Aisyah r.a bahwa Rasululloh shalat di masjid, lalu orang-orang mengikuti shalat beliau. Kemudian beliau shalat pada malam berikutnya, dan orang-orang bertambah banyak. Kemudian mereka berkumpul pada malam yang ketiga, namun Rasululloh saw tidak menemui mereka. Ketika shubuh beliau mengatakan, “Aku telah melihat apa yang kalian lakukan, tidak ada yng menghalangiku untuk keluar mengimami kalian, Cuma aku khawatir jika shalat ini akan diwajibkan atas kalian.” (HR. Bukhori). Hal ini terjadi pada bulan ramadhan (kemudian Rasululloh saw wafat dan keadaan manusia tetap seperti itu)

Shalat Dhuha
Dhuha menurut ahli fiqih, ialah waktu antara meningginya matahari hingga tergelincirnya. Rasululloh saw bersabda:
“Dalam tubuh manusia terdapat 360 persendian, dan dia wajib mengeluarkan sedekah untuk setiap persendiannya.” Mereka bertanya “Siapakah yang sanggup wahai Rasululloh?” Beliau menjawab “Ludah dalam masjid yang dipendamnya, atau sesuatu yang disingkirkan dari jalan. Jika tidak mampu, maka dua rakaat Dhuha sudah mencukupinya.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Shalat Istikharah
Siapa yang ingin menginginkan suatu perkara yang mubah, kemudian ia tidak bisa menentukan mana yang baik dan tepat menurutnya, maka disunnahkan baginya mengerjakan shalat dua rakaat diluar shalat fardhu – dua rakaat mana saja, walaupun termasuk sunnah-sunnah rawatib.

Shalat Tasbih
Shalat Tasbih adalah salah satu jenis shalat sunnah yang dilakukan dalam bentuk yang khusus. Dinamakan shalat tasbih karena didalamnya terdapat banyak ucapan tasbih. Pada setiap rakaatnya terdapat tujuh puluh lima tasbih.

Shalat Tahiyatul Masjid
Bagi siapa memasuki masjid dianjurkan untuk tidak duduk sebelum melaksanakan shalat dua rakaat, berdasarkan dalil berikut ini:
Rasululloh saw bersabda, “Jika salah seorrang diantara kalian memasuki masjid, maka janganlah duduk sebelum mengerjakan shalat dua rakaat.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Shalat Setelah Wudhu
Bagi yang selesai berwudhu dianjurkan shalat dua rakaat atau lebih pada waktu kapanpun, walaupun pada waktu-waktu terlarang. Dasarnya adalah hadits dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasululloh saw berkata kepada bilal setelah shalat subuh: “Wahai Bilal, ceritakan padaku amalan yang paling engkau andalkan dalam Islam. Sesungguhnya aku mendengar suara terompetmu dihadapanku dalam surga.” Bilal menjawab, “Tidak ada amalan yang paling aku andalkan. Cuma tidaklah aku bersuci, baik pada siang ataupun malam hari, melainkan aku shalat setelah bersuci tersebut sebanyak kesempatan yang aku miliki.” (HR. Bukhori dan Muslim

Shalat Taubat
Barangsiapa tergelincir melakukan perbuatan dosa, maka disyariatkan baginya untuk segera bertaubat dan kembali kepada Alloh swt. Karena Alloh swt mengampuni dosa dan menerima taubat.

Shalat Dua Rakaat Setelah Thawaf di Ka’bah
Dianjurkan menurut jumhur – dan diwajibkan menurut Hanafiah – mengerjakan shalat dua rakaat setelah Thawaf, dengan membaca pada kedua rakaat tersebut. Setelah al-Fatihah : surat al-Kafirun dan surat al-Ikhlas. Karena Rasululloh saw melakukan hal itu dalam haji beliau.
Shalat ini boleh dilakukan kapan saja walaupun pada waktu-waktu terlarang. Hal ini berdasarkan hadits Jubair bin Muth’im bahwa Rasululloh saw bersabda:
“Wahai Bani Abdu Manaf, janganlah kalian melarang seorangpun berthawaf di Baitul Haram dan mengerjakan shalat di waktu kapan saja baik siang ataupun malam.” (HR. At-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah)

Shalat Gerhana
Al-Kusuf adalh menghilangkan seluruh cahaya salah satu dari dua benda langit yang bercahaya (Matahari dan Bulan) atau sebagiannya dan berubah menjadi hitam. Sementara al-khusuf adalah sinonimnya. Konon al-kusuf untuk matahari dan al-khusuf untuk bulan, dan inilah yang populer dalam bahasa arab.
Shalat Gerhana adalah shalat yang dikerjakan dengan tata cara yang khusus ketika terjadi gerhana matahari atau bulan, baik total maupun sebagiannya.

Shalat Istisqa’ (Minta Hujan)
Istisqa’ ialah meminta hujan kepada Alloh swt  pada musim paceklik. Para ulama telah sepakat bahwa istisqa’ (meminta hujan) adalah sunnah yang telah disunnahkan oleh Rasululloh saw. Mereka hanyalah berselisih tentang shalat istisqa’.

Semoga artikel ini bermanfaat walaupun belum dijelaskan secara terperinci dalam setiap shalat sunnahnya, insyaAlloh akan di jelaskan nanti di artikel berikutnya.

Wallahu’alam
5:56 AM | 0 comments | Read More

Beberapa Kesalahan Dalam Mendidik Anak


Semua orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anak. Namun dalam perjalanannya seringkali orang tua terjebak dalam kesalahan-kesalahan yang tidak mereka sadari.

Seperti dikutip Ezine, berikut beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan orang tua ketika mendidik anak:

1. Ceramah bukan diskusi
Secara psikologis, anak-anak lebih mudah mencerna jika diajak berdiskusi daripada diberi ceramah panjang lebar. Anak-anak senang diperlakukan seperti orang dewasa ketika mereka sedang bertumbuh kembang. Mereka tidak terlalu suka diatur dan dinasihati terlalu sering.

Metode berdiskusi justru bisa membuat anak percaya diri karena dipercaya untuk mengungkapkan pendapat. Selain itu, orang tua juga bisa lebih memahami sisi pandang anak. Siapa tahu, pendapat dari anak tersebut bisa membuka wawasan baru orang tua tentang suatu isu. Apalagi tentang isu-isu yang cepat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

2. Meremehkan
Saking sibuknya, kadang orang tua sering meremehkan atau menyepelekan perubahan perilaku dari anak. Ketika anak bertumbuh kembang, melihat banyak hal, mempelajari berbagai pengalaman hidup, pelan-pelan kepribadian mereka ikut berubah. Mereka mulai bisa memilih menjadi pribadi seperti apa yang mereka inginkan.

Jangan pernah menyepelekan perubahan sekecil apapun pada anak. Usahakan untuk tetap memiliki waktu bertukar cerita dengang anak Anda. Ketahui apa yang sedang ia inginkan atau ia suka. Tanyakan juga kabar teman sekolah atau teman bermainnya. Berikan perhatian terhadap kegiatannya dan diskusikan lebih jauh tentang hal-hal yang menganggu Anda. Dengan mengenali tanda-tanda perubahan lebih awal, Anda bisa mencegah terjadinya hal-hal buruk pada anak Anda di masa datang.

3. Peraturan dan Batasan
Hal paling umum yang dilakukan orang tua saat mendidik anak adalah mengatur dan memberi batasan. Persepsi umum terhadap hal ini adalah jika anak melanggar peraturan atau batasan maka anak akan diberi hukuman. Hukuman tersebut akan membuatnya belajar tentang kedisiplinan.

Persepsi tersebut tak sepenuhnya salah tapi juga belum tentu baik. Daripada sekadar mengatur dan memberi batasan, Anda bisa memberi pengertian tentang situasi yang dimaksud dan memberi tahu efek baik dan buruknya kepada anak. Dengan begitu, anak bisa belajar mengenali mana hal yang baik dan mana yang buruk dengan sendirinya. Jika demikian, maka Anda tak perlu selalu repot dan keras tentang peraturan karena ia sudah bisa menilai sendiri mana hal yang baik dan buruk.

4. Cita-cita yang Tak Masuk Akal
Banyak orang tua yang membebankan cita-cita pribadinya pada sang anak. Ada juga yang merasa tak mau kalah saing dengan anak tetangga atau saudara. Membebankan cita-cita yang tidak masuk akal bisa membuat anak tertekan. Anak menjadi frustrasi dan bisa berpengaruh buruk terhadap perkembangannya.

Sebaiknya, pelan-pelan kenali bakat dan potensi anak. Amati kegiatannya sehari-hari atau konsultasikan dengan ahli psikologi. Dengan mengetahui bakat dan minat anak, Anda bisa mengukur potensi yang dimiliki dan merencanakan tujuan yang realistis dan membuat anak bersemangat. Dengan mengembangkan potensi dan bakatnya, anak juga akan merasa lebih percaya diri.

5. Selalu menekankan pada kesalahan
Banyak orang tua yang senang menegur keras anak ketika berbuat salah. Hal ini dilakukan dengan harapan anak akan berubah dan tidak mengulangi kesalahannya. Hal tersebut belum tentu sepenuhnya akan berhasil, umumnya anak-anak justru akan semakin bersikap tidak percaya diri dan enggan untuk berubah. Anak-anak juga punya gengsi yang kadang membuat mereka enggan diperintah tanpa ada kesempatan membela diri.

Karena itu, sebaiknya orang tua jangan hanya selalu memfokuskan pada hal-hal yang negatif saja. Jika sang anak melakukan hal yang positif beri ia pujian agar ia termotivasi untuk terus berbuat baik. Jika anak melakukan kesalahan, redakan emosi Anda lalu bicaralah baik-baik dengan anak. Dengarkan sudut pandangnya dan beri masukan agar ia tidak mengulangi hal yang sama.

6. Menyerahkan pada sekolah dan teknologi
Sekolah dan teknologi seperti internet serta televisi memang bisa membantu Anda dalam memberi akses informasi dan pengetahuan pada anak. Tapi jangan serahkan sepenuhnya keingitahuan anak Anda pada sekolah dan internet. Hal-hal yang perlu mereka ketahui tentang obat terlarang, teman yang kurang baik, perilaku negatif, seks, dan permasalahan lainnya sebaiknya diketahui anak lewat orang tua.

Orang tua bisa berdiskusi dengan anak tentang hal-hal tersebut termasuk mengetahui tentang lingkungan pergaulan sang anak. Anak-anak yang sering berdiskusi dengan orang tua tentang hal-hal buruk bisa menurunkan risiko mereka terlibat dalam hal-hal tersebut. Jangan menjadi sosok yang menakutkan bagi anak. Jika ia merasa tidak bisa berbicara dengan Anda, maka ia akan mencari tahu ke sumber lainnya. Tentu Anda tak mau hal itu terjadi bukan?
4:43 PM | 0 comments | Read More

Pentingnya Mendidik Anak Dalam Islam

Segala puji kepada Alloh swt. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada
Rasululloh termulia, kepada keluarga dan para sahabatnya.
Seringkali orang mengatakan: "Negara ini adikuasa, bangsa itu mulia dan kuat, tak ada seorangpun yang berpikir mengintervensi negara tersebut atau menganeksasinya karena kedigdayaan dan keperkasaannya".

Dan elemen kekuatan adalah kekuatan ekonomi, militer, teknologi dan kebudayaan. Namun, yang terpenting dari ini semua adalah kekuatan manusia, karena manusia adalah sendi yang menjadi pusat segala elemen kekuatan lainnya.

Tak mungkin senjata dapat dimanfaatkan, meskipun canggih, bila tidak ada orang yang ahli dan pandai menggunakannya. Kekayaan, meskipun melimpah, akan menjadi mubadzir tanpa ada orang yang mengatur dan mendaya-gunakannya untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat.

Dari titik tolak ini, kita dapati segala bangsa menaruh perhatian terhadap pembentukan individu, pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan warga secara khusus agar mereka menjadi orang yang berkarya untuk bangsa dan berkhidmat kepada tanah air.

Sepatutnya umat Islam memperhatikan pendidikan anak dan pembinaan individu untuk mencapai predikat "umat terbaik", sebagaimana dinyatakan Alloh 'Azza Wa’alla dalam firman-Nya:
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar... ". (Surah Ali Imran :110).

Dan agar mereka membebaskan diri dari jurang dalam yang mengurung diri mereka, sehingga keadaan mereka dengan umat lainnya seperti yang diberitakan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dalam sabdanya:
"Hampir saja umat-umat itu mengerumuni kalian bagaikan orang-orang yang sedang makan
berkerumun disekitar nampan.". Ada seorang yang bertanya: "Apakah karena kita berjumlah sedikit pada masa itu?" Jawab beliau: "Bahkan kalian pada masa itu berjumlah banyak, akan tetapi kalian bagaikan buih air bah. Allah niscaya mencabut dari hati musuh kalian rasa takut kepada kalian, dan menanamkan rasa kelemahan dalam dada kalian". Seorang bertanya: "Ya Rasulullah, apakah maksud kelemahan itu?" Jawab beliau: "Yaitu cinta kepada dunia dan enggan mati".

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dimana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sesudahnya.

Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil-personilnya. Musuh-musuh Islam telah menyadari pentingya peranan
keluarga ini. Maka mereka pun tak segan-segan dalam upaya menghancurkan dan merobohkannya. Mereka mengerahkan segala usaha untuk mencapai tujuan itu.

Sarana yang mereka pergunakan antara lain:

1.      Merusak wanita muslimah dan mempropagandakan kepadanya agar meninggallkan tugasnya yang utama dalam menjaga keluarga dan mempersiapkan generasi.
2.      Merusak generasi muda dengan upaya mendidik mereka di tempat-tempat pengasuhan yang jauh dari keluarga, agar mudah dirusak nantinya.
3.      Merusak masyarakat dengan menyebarkan kerusakan dan kehancuran, sehingga keluarga, individu dan masyarakat seluruhnya dapat dihancurkan.

Sebelum ini, para ulama umat Islam telah menyadari pentingya pendidikan melalui keluarga. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peran kedua orang tua dalam pendidikan mengatakan: "Ketahuilah, bahwa anak kecil merupakan amanat bagi kedua orangtuanya. Hatinya
yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan kepadanya Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dan akhirat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagai mana binatang ternak, niscaya akan menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun ditanggung oleh pengajar dan walinya.

Maka hendaklah ia memelihara, mendidik, dan membina serta mengajarinya akhlak yang baik, menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenang-senang dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa."

Semoga kita sebagai orang tua lebih memperhatikan lagi tentang pentingnya mendidik anak dalam islam, dan kita harus lebih peka dalam pergaulannya.
Semoga Alloh menghimpun kekuatan kita (umat islam) dalam memerangi makar-makar islam, dan selalu menjaga anak-anak kita agar menjadi anak-anak yang kuat serta soleh dan solehah. Amin


Oleh : Syaikh Yūsuf Muhammad al-Hasan


4:39 PM | 0 comments | Read More

Bekam


Bekam adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang berarti “membuang darah.” Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah “hijamah.”Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “cupping.”

Secara populer bekam didefinisikan sebagai metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Sedangkan yang dimaksud dengan darah kotor adalah darah yang mengandung racun (toxin) atau darah statis yang menyumbat peredaran darah, mengakibatkan sistem peredaran darah tidak dapat berjalan dengan lancar sehingga akan mengganggu distribusi nutrisi dan imunitas seseorang, baik secara fisik maupun secara mental.

Penumpukan darah kotor banyak terjadi dibawah kulit. Jika darah kotor tersebut tidak segera dikeluarkan, maka tubuh akan melemah dan mudah diserang penyakit. Dan untuk menyembuhkan penyakitnya, tidak ada cara yang lebih efektif kecuali dengan mengeluarkan darah kotor tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa bekam adalah sebuah teknik detoksifikasi (pengeluaran racun dari dalam tubuh) yang efektif menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan menghilangkan sumber penyakitnya dan tidak memiliki efek samping.

Hadits-hadits Rasulullah SAW yang berkenaan dengan bekam :

"Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah Al Hijamah (bekam)" (HR. Ahmad)

"Kesembuhan itu ada pada 3 (tiga) hal, dengan minum madu, pisau hijamah (bekam), dan kay (besi panas). Tetapi aku melarang umatku menggunakan kay" (HR. Muslim)

"Setiap penyakit itu ada obatnya. Jika obat yang tepat jatuh pada penyakit, dengan izin Allah penyakit itu pasti sembuh" (HR. Muslim)

”Pada Malam Aku di Isra’ kan, aku tidak melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka berkata: ” Wahai Muhammad, suruhlah umatmu melakukan Bekam” (HR. Ibnu Maajah & At Tirmidzi)

“Kalaulah dalam sesuatu dari apa yang kalian pergunakan untuk berobat adalah baik, maka itu adalah ber-bekam/hijamah” (HR. Abu Daud)
8:42 PM | 0 comments | Read More